Indcyber.com, Kutai Kartanegara – Anggrek merupakan tanaman hias bunga yang cukup popular di Indonesia, khususnya di Kutai Kartanegara. Bunga anggrek juga sering dipergunakan sebagai ungkapan rasa cinta, symbol kemewahan dan keindahan selama ratusan tahun.
Misalnya saja anggrek tebu atau nama latinnya anggrek Grammatophyllun Speciosum, yang kini banyak dibudidayakan di Desa Batuah, Kecamatan Loa Janan, Kutai Kartanegara.
Bunga anggrek Grammatophyllum Specioum ini sendiri dikenal sebagai anggrek terbesar atau raksasa diantara anggrek lainnya. Pasalnya, batang dan daun Grammatophyllum Specioum itu, mirip dengan tanaman tebu.
Tak hanya itu, anggrek tebu ini mampu memiliki barat hingga satu, dengan panjang malai bisa mencapai 3 meter dan diameter 1,5 hingga 2 centimeter ketika sudah dewasa.
Anggrek Grammatophyllum Specioum itu, memiliki warna kuning serta sedikit berbintik pada bunga. Uniknya, bunga dari tanaman anggrek tersebut tidak mudah layu dan dan tahan lama, jika dibandingkan dengan tanaman lain.
Agus Priyono, seorang penghoby anggrek mengatakan, anggrek Grammatophyllum Specioum ini sendiri jarang berbunga. Namun, jika akan berbunga kembali, maka dalam waktu empat tahun pada pohon yang sama.
Agus Priyono juga mengemukakan, untuk perawatan anggrek Grammatophyllum Specioum ini sangat mudah dan tidak terlalu rumit. Pasalnya, anggrek tersebut bisa ditanam melalui media arang atau sabut kelapa.
“Anggerek Grammatophyllum Specioum ini juga merupakan tumbuhan liar yang biasa berkembang dihutan mangrove serta hutan primer, dan membutuhkan sinar matahari secara langsung,” kata Agus Priyono.
Lebih lanjut, Agus Priyono mengatakan, meski tanaman anggrek tebu (Grammatophyllum Specioum) merupakan tanaman yang unik dan banyak diburu penghoby, namun anggrek ini tidak untuk diperjual belikan secara bebas. Karena, anggrek tersebut dilindungi serta sudah mulai langka keberadaannya.
“Soal yang begini tidak berbicara semata-mata potensi ekonomi, tapi kalau bisa dikembangkan menjadi bernilai ekonomi pasti bagus. Ini anggrek tebu (Grammatophyllum Specioum) di lindungi dikarenakan terbatas dan sering diburu para penghoby, sehingga kami berusaha menangkarnya atau membudidayakan anggrek tersebut untuk diperbanyak,” ungkapnya.
Untuk diketahui, tanaman anggrek tebu ini tersebar secara alami di Myanmar, Thailand, Laos, Vietnam, Malaysia, Indonesia dan New Guinea. Sedangkan di Indonesia sendiri, anggrek Grammatophyllum Specioum tersebar di pulau Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, Maluku hingga Papua.(fin)