Indcyber.com, SANGATTA– Para pekerja medis diseluruh dunia harus membayar mahal keterlibatan mereka dalam penanganan pandemi COVID-19. Akibat virus itu, ribuan pekerja medis tertular virus corona. Jumlah mereka yang meninggal akibat terjangkit virus itu juga bertambah setiap hari. Walau menggunakan alat pelindung diri, dokter, perawat, dan pekerja medis lain terlihat lebih rentan dan berisiko mengalami sakit yang serius ketimbang orang biasa.
Apalagi dokter dan perawat kerap berkontak erat dengan orang-orang yang terpapar dan membawa virus tersebut. Dengan kata lain, pekerja medis berhadapan dengan virus dalam jumlah besar. Sesuai fakta yang dipublikasi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), seorang pasien yang menjalani operasi di sebuah rumah sakit di Wuhan, China, menularkan virus kepada 14 pekerja medis, bahkan sebelum dia mengalami demam.
Dengan latar belakang tersebut, Pemkab Kutim melalui seruan Bupati H Ismunandar maupun Dinas Kesehatan selalu meminta seluruh masyarakat Kutim untuk terus memberikan dukungan dan doa kepada para tenaga medis yang ada. Karena gigih digarda terdepan sebagai pejuang kemanusiaan, untuk merawat dan mengurus pasien COVID-19.
Salah satu bentuk dukungan yang bisa diberikan kepada masyarakat adalah dengan tidak memberi stigma negatif kepada petugas medis. Termasuk kepada para pasien yang juga membutuhkan dukungan agar lebih bersemangat untuk sembuh.
Kepala Dinkes Kutim dr Bahrani menuturkan, petugas medis selama ini bertindak sesuai protokol penanganan COVID-19 dalam merawat pasien yang terkonfirmasi positif. Mereka dipastikan menggunakan APD (alat pelindung diri) lengkap saat merawat pasien. Sedangkan para pasien juga perlu didukung karena tengah berjuang melawan penyakit.
“Jangan memberikan stigma negatif, apalagi sampai ada penolakan dari masyarakat. Pemerintah pun secara terus menerus bekerja optimal memberikan edukasi kepada masyarakat. Jangan sampai ada kasus penolakan jenazah pasien COVID-19, jangan sampai terjadi di Kutim,” harap Bahrani.
Maka dari itu, Bahrani berharap masyarakat dapat menyaring informasi yang benar. Bukan mengajak yang lain untuk memberikan stigma negatif terutama pada para pasien, perawat dan tenaga medis lainnya. Justru tindakan yang wajib dilakukan adalah memberikan semangat jika ada orang sekitar rumah atau tetangga mengalami gejala Corona. Bisa pula dengan membantu memberikan makanan agar orang tersebut bisa tenang menjalani isolasi dirumah. Terjangkit virus Corona bukanlah aib, maka dari itu memberikan stigma negatif bukanlah hal yang tepat.
“Ya waspada (terhadap penularang virus Corona) boleh, tapi jangan sampai panik banget gitu ya!,” pinta Bahrani. “Tugas kita sebagai masyarakat adalah terus memberikan dukungan dan doa. Menyalurkan bantuan (APD, sembako dan lainnya) jika mampu,” tambahnya.
Kewaspadaan terhadap penularan virus Corona memang wajib dilakukan. Namun dilakukan sesuai protokoler pencegahan yang disarankan. Diantaranya menjaga jarak, tidak melakukan kontak, melakukan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Selalu menggunakan masker jika berinteraksi atau berpergian keluar rumah.
Dukungan bagi para tenaga medis menjadi penting, karena dari beberapa pemberitaan internasional ditulis bahwa para pakar menyebut jumlah virus yang dihadapi pekerja medis selama pandemi COVID-19 adalah penyebab utama kerentanan mereka. Saat masuk ke tubuh pasien, virus akan menginvasi sel dan melipatgandakan diri. Selama beberapa hari setelahnya, jumlah virus itu akan terus bertambah. Muatan virus atau viral load yang besar menyebabkan pasien mengalami penyakit yang lebih parah. Kondisi ini pula yang membuat seorang pasien lebih mudah menularkan virus kepada orang lain. (AM