Indcyber.com, Samarinda -Dunia pendidikan kembali tercoreng, pendidikan di sebuah pondok pesantren selain menempa ilmu agama tapi juga menempa pendidikan formal dengan tujuan agar anak didiknya atau santrinya cerdas,kreatif, terampil dan memiliki karakter yang baik.
Tapi tidak bagi seorang “pilot “asal Kutai Timur ini, diusianya yang masih sangat muda harus kehilangan nyawanya meninggalkan orang orang yang dia cintai selamanya.
Santri satu ini merasakan kerasnya hidup di pondok pesantren hingga dia jadi bulan bulanan sasaran tinju teman temannya sendiri.
“Saya mendapat kabar jika anak saya masuk rumah sakit karena sakit bisul, sontak kaget saya melihat wajahnya lebam, matanya bengkak akhirnya cerita jika dipukuli temannya berjumlah lima orang,”ungkap Santi ibu kandung M.Rifky Pratama.
Sangat yakin anaknya korban pengeroyokan di pondok pesantren nabil husen tempat mengenyam pendidikan orang tua korban pada tanggal 30 /03/2018 langsung melaporkan kejadian yang dialami anaknya tersebut.
“Hari minggu sempat membaik bahkan nanya kapan kita pulang ke Sangatta dan pindah sekolah, belum sempat tercapai Tuhan punya kehendak lain. Kami sangat berharap pihak kepolisian mengusut tuntas kasus ini dan menangkap pelaku, “tutupnya.
Memang sebuah pondok pesantren seharusnya membangun mental spritual religius,membangun karakter beragama bukan karakter kekerasan, kita tunggu respon dari kemenag tentang kejadian yang dialami sang “pilot “hingga harus meregang nyawa akan diam atau mengambil tindakan tegas, waulahhualambissoab. (slamet pujiono)