Indcyber.com, Lampung – Publik tanah air diguncang oleh pernyataan kontroversial Menteri Koordinator Pangan, Zulkifli Hasan (Zulhas), yang menyebut ribuan siswa keracunan massal akibat program Makan Bergizi Gratis (MBG) hanya karena “belum terbiasa”.
Pernyataan Zulhas yang dikutip dari CNN Indonesia (21/8/2025) menyamakan kasus keracunan dengan pengalamannya semasa kecil saat minum susu lalu diare. Dengan kata lain, Zulhas menegaskan keracunan siswa bukan karena kesalahan dapur MBG, melainkan tubuh korban yang belum terbiasa dengan makanan bergizi.
Pernyataan ini sontak memicu gelombang kecaman. Pasalnya, hasil uji laboratorium terbaru yang diungkap sejumlah media (Tempo, Detik, 27/9/2025) menemukan bakteri berbahaya, termasuk Salmonella dan Bacillus cereus dalam sampel makanan MBG di beberapa daerah. Fakta tersebut jelas bertolak belakang dengan klaim Menko Pangan.
Ketua DPW Persatuan Wartawan Duta Pena Indonesia (PWDPI) Lampung, Aam, dengan tegas menyebut pernyataan Zulhas sebagai bentuk pelecehan terhadap orang tua dan keluarga korban.
“Saya sangat menyayangkan ucapan Zulhas. Dia buta fakta. Hasil laboratorium sudah jelas-jelas menunjukkan adanya bakteri penyebab keracunan. Mengatakan siswa keracunan karena belum terbiasa adalah penghinaan,” tegas Aam.
Aam juga mendesak Presiden Prabowo Subianto segera menghentikan sementara program MBG, melakukan evaluasi total terhadap dapur produksi, serta mencopot Zulhas dari jabatannya.
“Jangankan belajar dengan tenang, pulang sekolah dengan selamat saja sekarang sudah bersyukur. Presiden harus hentikan sementara MBG dan evaluasi Zulhas demi perbaikan ke depan,” imbuhnya.
Program MBG sejatinya memiliki tujuan mulia untuk menambah asupan gizi siswa. Namun, serangkaian kasus keracunan massal yang terjadi di Bandung Barat, Garut, hingga Sumedang dengan ribuan korban, menunjukkan adanya masalah serius pada standar pengolahan dan distribusi makanan.
Pernyataan Zulhas justru memperkeruh keadaan. Alih-alih menenangkan publik, komentar tersebut dianggap mengabaikan penderitaan ribuan siswa yang harus dirawat di rumah sakit, bahkan ada yang kritis.
Kini, publik menanti sikap tegas Presiden. Apakah program MBG akan segera dievaluasi, atau pemerintah akan tetap membiarkan rakyat menanggung risiko dengan dalih “belum terbiasa”?(AAM)