Anggota Komisi IV DPRD Kota Samarinda bersama jajaran guru dan perwakilan Dinas Pendidikan berfoto di halaman SDN 020 Gunung Mulia, Kelurahan Sempaja Selatan, usai meninjau kondisi bangunan sekolah yang sudah menua dan rapuh, Kamis (7/8/2025).Foto: Fathur.
Indcyber.com, SAMARINDA — Dari kejauhan, SDN 020 Gunung Mulia tampak sederhana berdiri di puncak bukit di Kelurahan Sempaja Selatan, Kecamatan Samarinda Utara. Bangunannya sudah menua, catnya memudar, dan beberapa bagiannya retak dimakan usia. Di sinilah 161 anak menempuh pendidikan setiap hari, meski ruang kelas yang mereka duduki tak lagi sepenuhnya aman.
Letak sekolah di atas bukit bukanlah kebetulan. Masyarakat sekitar sejak lama membangun rumah dan fasilitas umum di dataran tinggi — sebuah tradisi yang berakar pada keyakinan bahwa bukit lebih aman dari banjir, memberi pandangan luas, sekaligus menjadi simbol kemandirian. Namun, jalan yang turun naik menjadi tantangan tersendiri, apalagi bagi anak-anak yang harus melaluinya setiap pagi dan sore. Hal itu pula yang dirasakan rombongan Komisi IV DPRD Kota Samarinda saat berkunjung ke sana.
Kamis (7/8/2025), Ketua Komisi IV, Mohammad Novan Syahronny Pasie, bersama Sri Puji Astuti, Ismail Latisi, Riska Wahyuningsih, dan Abdul Muis, melihat satu per satu ruang kelas. Kunjungan ini turut didampingi oleh tim Sarana dan Prasarana (Sapras) Dinas Pendidikan Kota Samarinda. Plafon yang bolong, dinding retak, hingga lantai yang mengelupas menjadi pemandangan yang tak bisa diabaikan.

“Kalau melihat usia bangunannya dan kondisi sekarang, urgensinya sudah sangat tinggi. Jangan tunggu ada korban dulu baru bertindak,” tegas Novan. Ia menambahkan, pemerintah kota harus segera memutuskan langkah perbaikan, minimal penanganan sementara untuk memastikan keselamatan siswa.
Sekolah ini berdiri sejak 1983, namun belum pernah mengalami renovasi besar. Kepala sekolah, Kadri, tak menutupi kekhawatirannya. “Kalau bisa dibangun yang baru, alhamdulillah. Supaya anak-anak belajar dengan tenang, guru juga mengajar dengan tenang, tidak waswas,” ujarnya.
Meski ruang kelas rapuh, semangat belajar anak-anak tak luntur. Setiap pagi, mereka menapaki jalan naik turun, melewati rumah-rumah yang juga berdiri di punggung bukit, seakan mengulang jejak para orang tua yang terbiasa hidup di ketinggian. Tradisi itu terus bertahan, namun fasilitas pendidikan di sana jelas membutuhkan perhatian ekstra.
Komisi IV berjanji akan berkoordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan menyurati kementerian terkait. “Kalau memang tanah ini milik Pemerintah Kota Samarinda, ya harus segera dibangun sesuai standar kelayakan pendidikan,” tutup Novan.
Reporter: Fathur | Editor: Awang
![]()

