Pesan Akmal Malik : Tambang Harus Hadirkan Kesejahteraan Kepada masyarakat

Pj Gubernur Kaltim, Akmal Malik Bersama Direktur Operasional dan HSE PT. Berau Coal, Arief Weidhartono, Pjs Bupati Berau Sufian Agus, Kadis ESDM Bambang Arwanto dan Kadis Pangan Tanaman Pangan dan Hortikultura Siti Farisyah Yana.

Indcyber.com, Berau – Salah satu rangkaian agenda pemprov Kaltim dalam rangka melakukan kunjungan di kembang Mapan PT Berau Coal Binungan Mine Operation 1 di Kabupaten Berau. Akmal Malik Pj Gubernur Kalimantan Timur beramah tamah dengan dengan jajaran PT Berau Coal. Selasa (29/10/2024)

Hadir dalam acara tersebut Arief Weidharto Direktur Operasional dan HSE PT. Berau Coal, Kepala Teknik Tambang PT. Berau Coal serta jajaran lainnya. Pjs Bupati Berau dan Kepala OPD, Forum PPM dan Pemegang IUP Tambang.

“Kita bersyukur pada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa. Kita akhirnya dapat berkunjung kembali ke tempat ini. Pada saat teman-teman pemegang IUP, saya jujur agak dicurigai. Kenapa Pj Gubernur sering datang ke pemegang IUP Tambang ini? Ada apa ini?,” ujar Akmal memulai sambuatannya.

Menurut Akmal Malik orang sah-sah saja berpikir, kita ingin melakukan hal-hal yang baik. Kita ingin melakukan fungsi kita sebagai pemerintahan dan memberikan dukungan serta bermitra dengan baik dengan seluruh masyarakat

“Tapi bagi saya, orang sah-sah saja berpikir. Yang penting, Bismillah, kita ingin melakukan hal-hal yang baik. Kita ingin melakukan fungsi-fungsi kita sebagai pemerintahan. Dan memberikan dukungan, bermitra dengan baik dengan seluruh masyarakat dan pemegang IUP serta pengusaha yang ada di Kelimantan Timur,” tuturnya.

Saat memberikan sambutan di PT. Berau Coal, yaitu di area program Pasca Tambang Kembang Mapan. Akmal Malik sempat menanyakan istilah Kembang Mapan tersebut.

“Saya tidak tahu Kembang Mapan ini siapa yang bikin istilah ini,” ucapnya.

“Oh dulu sudah ada ya? Oh Kembang Mapan. Kawasan pengembangan, masa depan. Dan program PPM Rumah Kemas Batiwakal. Jadi berbicara tentang pasca tambang. Saya ingin mengajak Bapak Ibu sekalian untuk sedikit berimajinasi melihat sebuah negara kecil di Pasifik,” sambungnya.

Lanjut ia bercerita tentang negara yang terkaya di dunia, nama negara tersebut Nauru. Dan Akmal pun mempersilahkan untuk mengecek kebenaran cerita tersebut dengan melakukan googling. Hanya 12  Mil atau kurang lebih 21 Km persegi. Ketika Fosfat tahun 80-an, 70-an lagi berkembang. Ini negara paling kaya. 

“Semua jenis mobil yang pertama keluar, Ferrari, ataupun mobil-mobil yang gak ada di Indonesia, ada di sana,” urainya.

Pada saat itu negara Nauru dan mengalami obisitas tersebesar. Penduduknya hanya 12 ribu, semuanya gemuk-gemuk akibat tambang yang luar biasa. Namun itu tidak berlangsung lama. Ketika pertambangannya dilakukan dengan tidak ada pendekatan masa depan. Terjadilah efek luarbiasa.

Negara yang luar biasa ini pun beralih. Tidak ada sumber airnya, dan akhirnya sekarang menjadi negara termiskin di dunia.

“Bapak-ibu bisa bayangkan, negara terkaya di dunia, dalam hitungan beberapa tahun, menjadi negara termiskin di dunia. Inilah contoh buruk dari pengolahan tambang yang dilakukan oleh sebuah negara,” ujarnya menekankan.

Akmal pun mengatakan bersyukur dan Indonesia bisa belajar dari kondisi seperti itu. Walau negara Indonesia cukup luas, tapi mungkin saja bisa terjadi Kalimantan Timur, bisa terjadi di mana-mana pun dan pada yang memiliki tambang.

“Muncul stigma yang luar biasa. Saya tidak tahu kepentingan nya luar biasa,” sebutnya.

Dia menyampaikan ada stigma-stigma yang dihadirkan sekarang adalah tambang menghadirkan dampak negatif terhadap lingkungan hidup. Tambang menghadirkan kerusakan di lingkungan hidup.” Merujuk ke tadi contohnya. Nauru dan beberapa pasca tambang yang ada di Afrika. tetapi senyata-senyatanya kan tidak begitu,” ujarnya.

“Apa yang dilakukan oleh kita di Indonesia, kita ingin tambang itu justru menghadirkan kesejahteraan. Tambang harus bisa membuat masyarakatnya lebih baik. Tambang harus bisa menghadirkan lingkungan yang lebih baik masa depan,” tutupnya penuh harap. 

Reporter :  Indra | Editor : Fathur

Loading

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *